Okeh, tulisan ini sebenarnya tercipta karena rasa bersalah saya karena sudah berpikiran sempit. Sekaligus karena merasa nggak enak sama seseorang. Orang itu punya prinsip yang berbeda dengan saya.
Ketika dia suarakan prinsipnya ke dalam poto profil WA, saya jadi skeptis. Poto Profilnya adalah tulisan (kurang lebih) : Orang yang yakin jodoh akan datang tanpa usaha sama aja kayak orang yang percaya rezeki akan datang tanpa di cari.
Merasa tersinggung, saya tegurlah dia--dan sejujurnya saya menyesal. Setelah mengungkapkan uneg-uneg, saya langsung minta maaf karena merasa bodoh karena udah ngajak dia debat soal prinsip dan pandangan yang memang berbeda.
Ketika dia suarakan prinsipnya ke dalam poto profil WA, saya jadi skeptis. Poto Profilnya adalah tulisan (kurang lebih) : Orang yang yakin jodoh akan datang tanpa usaha sama aja kayak orang yang percaya rezeki akan datang tanpa di cari.
Merasa tersinggung, saya tegurlah dia--dan sejujurnya saya menyesal. Setelah mengungkapkan uneg-uneg, saya langsung minta maaf karena merasa bodoh karena udah ngajak dia debat soal prinsip dan pandangan yang memang berbeda.
Kemudian saya merenung. Saya benar-benar berpikir lagi tentang kalimat itu. Kalimat itu nggak berkonotasi negatif. Tapi memang penafsirannya bisa ditangkap berbeda oleh tiap-tiap orang.
Pengertian saya misalnya, tentang usaha yang dimaksud di kalimat itu adalah pacaran. Presepsi itu muncul karena yang empunya DP WA pro-pacaran. Maklum, karena sekarang mayoritas remaja dewasa Indonesia pada doyan pacar-pacaran. Saya pun mikirnya kesitu. Dalam pemikiran yang sempit itu saya berkesimpulan : Jadi, orang untuk mencari
Pengertian saya misalnya, tentang usaha yang dimaksud di kalimat itu adalah pacaran. Presepsi itu muncul karena yang empunya DP WA pro-pacaran. Maklum, karena sekarang mayoritas remaja dewasa Indonesia pada doyan pacar-pacaran. Saya pun mikirnya kesitu. Dalam pemikiran yang sempit itu saya berkesimpulan : Jadi, orang untuk mencari
Dua hari berselang pikiran gue masih melayang-layang di topik itu. Akhirnya gue bertanya sama beberapa orang terdekat gue *atau dalam artian minta dukungan pendapat, hehehehe*. Jawaban yang gue dapat beda-beda dan bikin otak gue jadi terbuka.
Kalimat itu memang ambigu. Maknanya bisa beda-beda di tiap kepala. Dan bodohnya gue cuma mengartikannya dalam satu makna. Usaha yang dimaksud bisa jadi bukan pacaran yang seperti gue pikir selama ini. Dan kalau gue pikir lagi, jodoh juga termasuk rezeki. Jadi memang harus diusahakan dengan cara yang benar.
Pastinya bukan dengan pacaran yang dari dulu nge-tren itu ya. Tapi usaha untuk membentuk kepribadian supaya lebih baik. Bagi yang perempuan, kalau mau dapet calon suami soleh, ya solehah-kan diri sendiri dulu. Kalau mau dapat jodoh yang pintar, pintar-kan lah diri sendiri dulu.
Allah SWT pun sudah menjanjikan dalam An Nur ayat 26 : ”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).”
Subhanallah~
Mauuu bangeet deh ketemu lagi sama jodoh di surga. Hehehehe.
Maka dari itu, berusaha dulu deh jadi orang yang lebih baik. Kalau kasus gue, pertama-tama harus open mind dulu nih. Nggak boleh asal narik kesimpulan. Lihat dari sudut pandang yang berbeda. Karena dengan berpikiran luas, gue bisa mengendalikan emosi. Dalam artian bisa lebih sabar. Hehehehehehe.
Satu kalimat untuk penutup (ini gue nemu di internet) :
"Allah SWT has already written the names of your spouses for you.
What you need to work is your relationship with Allah SWT.
And Allah SWT will send her/him to you when you're ready.
It is only a matter of time."
Punya tanggapan untuk tulisan ini nggak sob? Kalo ada, nggak usah sungkan-sungkan, langsung komen aja yak! thank you~ :D
Sangat menginspirasi. >,<
BalasHapus