Langsung ke konten utama

ASMA NADIA WRITING WORKSHOP

Seminar Menulis Bersama Asma Nadia & Isa Alamsyah
18 Agustus 2013

Workshop kepenulisan di JDC
Ini acara udah lama banget dan gue rada-rada kesulitan untuk nulis intisarinya. Tapi gue akan coba menuliskan apa yang gue dapet dari sana. Semoga bermanfaat dan membuat kalian semua jadi semangat buat nulis cerita.
IDE
1.    Sejujurnya gue nggak setuju kalau ada penulis yang stuck karena kehabisan ide. Katanya, ide tuh datengnya nggak tahu tempat, nggak tahu waktu tapi dengan frekuensi 1 windu sekali. Cuy, please, ubahlah mind set kalian jadi : ide nggak bakal dateng kalo nggak diundang. Mulailah berpikir kalau setiap hal kecil yang terjadi dalam diri kita bisa jadi ide cerita untuk ditulis. Susah? Memang. Soalnya ini terkait dengan kepekaan kita dalam membaca situasi, kondisi, perasaan antar sesame manusia *duileh. Tapi kawan, FYI, alasan kenapa naskah (novel) gue belum ada yang selesai itu karena terlalu banyak ide cerita.  


2.    Observasi/riset/kepo terhadap dunia luar itu perlu. Kalo pengen menulis kisah bergenre fantasi, maka belilah buku fantasi untuk sering-sering dibaca—kalo bisa dibedah. Bagi yang suka genre slice of life, lebih enak untuk sering-sering observasi keluar. Maksudnya, jika di dalam naskah ada adegan di kafe, atau tokohnya suka nongkrong di kafe, maka seenggaknya pergilah ke satu kafe buat ngeliat secara nyata bentuk kafe itu kayak gimana. Supaya kita punya bahan narasi deskripsi tempat yang detil. Apa warna kursinya, seperti apa bentuknya, warna lampunya, warna lantainya, ornament penghiasnya, suasananya, musik yang sering diputer punya siapa. Banyak hal yang bisa diteliti untuk dimasukkan ke dalam naskah. Itu juga terkait dengan cara menghidupkan naskah.

3.       Sebisa mungkin ciptakan ide yang original. Tapi yang perlu diinget adalah nggak ada ide yang bener-bener original. Tinggal bagaimana penulis bisa memodifikasi ide tersebut dan membuatnya jadi original. Cara yang paling ampuh adalah pake twist. Soal twist nanti ada bagiannya sendiri.

4.       Ketika kita memikirkan sebuah ide dan merampungkannya sampai akhir walau pun cuma di kepala, kita sudah mendapatkan 50% bagian dari naskah kita. 50% nya lagi tinggal nulis-nulis-nulis-nulis-abis ntu revisi. Kalo bisa jangan nulis-revisi-nulis-revisi, yang ada bikin satu novel bisa makan waktu sampai lima tahun sendiri (berdasarkan pengalaman pribadi.)

Apa kabar Abah Tolkien yang bukunya baru terbit setelah beliau pergi ke haribaan Tuhan? Anda mau seperti Abah Tolkien? Kalau mau sih boleh-boleh saja. Tapi lebih enak menikmati jerih payah kita saat kita masih hidup, bukan? muhehehe.


TEKNIK
Warning : terkait teknik kadang penulis butuh saran dan kritik dari pembaca lain. Karena gue juga sadar kalau nggak semua penulis itu punya ketelitian tinggi untuk melihat apakah naskahnya sesuai dengan EYD atau nggak. Termasuk gue yang suka langganan typo. Hahaha. Sebisa mungkin jangan menyulitkan editor kalau mau sukses di dunia kepenulisan.

1.       “Ide harus punya cara terbaik untuk diungkapkan.” Kata Bunda Asma Nadia. Jadi belajarlah yang banyak soal bagaimana teknik menulis yang enak buat dibaca, nyusun kalimat efektif yang enak dibaca, dan nggak boros kata.

2.       “Jujurlah dalam menulis.” Kata Bunda Asma Nadia (lagi). Maksudnya, kita boleh mengikuti gaya orang lain dalam menulis, tapi menurut porsinya aja. Contoh ; nggak perlu lah kita bikin kalimat yang ‘nyastra’ banget supaya naskah kita kelihatan W-O-W padahal itu bukan gaya kita sama sekali.

3.       Hati-hati dengan penggunaan opening onomatope. Itu lhoo, teknik mengawali naskah dengan sound effect macam “Brak!” “Bough!” dsb dsb.

4.       Perhatikan tanda baca. Kadang kita suka lupa kasih titik koma, imbuhan, besar kecil huruf untuk awal kalimat, nama julukan, nama Negara dll. Yes, this is about EYD.

5.       Hati hati dengan serangan kata penghubung/sambung seperti ‘yang’, ‘nya’ , ‘ku’, ‘dan’, ‘dengan’, ‘tapi’, dll.

6.       Perminim typo.

7.       Hati-hati soal POV atau dalam bahasa Indonesia ‘sudut pandang’. Kesalahan penulis paling fatal adalah saat dia pake POV 1 / aku-an, tokohnya menjelaskan hal yang nggak mungkin tokoh lihat. Contohnya kalimat ini : dia harusnya sudah sampai lima menit yang lalu. Tapi nyatanya aku duluan yang sampai di sini. Sementara dia masih di rumah mencuci motornya yang besar itu. See?

Sampai sini dulu, kalau ada tambahan tips, saran atau tambahan point untuk bagian IDE dan TEKNIK bisa disampaikan di kolom komentar. Dalam waktu dekat gue akan lanjut nulis tentang  KARAKTER dan SHOW DON’T TELL. ;)


           
           













Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANTANGAN TEMEN : PACARAN

Jujur saya memang ingin menulis tentang 'pacaran'. Apalagi setelah beberapa temen saya menantang, semangat saya jadi berkobar-kobar. Tapi, sebelum lanjut baca ke bawah, saya minta, kalian para sobat membuka pikiran selebar-lebarnya. Karena mungkin tulisan ini akan mengandung beberapa kontra. Eh, gimana deh?  Cekidot! Saat temen saya tanya soal pacaran, hal pertama yang saya lakuin adalah browsing . Maaf, bukan berarti saya nggak ngerti soal tema yang akan dibahas. Tapi karena saya mau mencari beberapa pendapat umum soal pacaran. ;D Hasilnya saya menemukan kalimat ini di Wikipedia : Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Pada kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi persyaratan menuju pernikahan telah denga...

Dilema Pemimpin Hadapi Covid Nineteen

Sejak pasien positif virus Corona diumumkan pada dua maret, jumlah korban terus bertambah. Per tannggal hari ini, Senin, 30 April 2020, sudah tercatat 1.414 orang positif mengidap virus tersebut. Jumlah pasien yang sembuh mulai menanjak naik di angka 75. Sementara jumlah korban meninggal masih di angka mengkhawatirkan, yaitu 122.

Misconceptions About Jihad

Culture, Social, Political, and Security In the Name of Allah, the Most Compassionate, the Most Merciful. And for Rasulullah Muhammad SAW, piece be upon him. At the beginning,  I should like to sincerely thank for your coming in this blog. In this changes I want to talk about jihad.  Have you ever heard about that before? I assume you are thinking about something wrong about that. The Arabic word "jihad" is often translated as "holy war”. However in a purely linguistic sense, the word " Jihad/Jahada” in Arabic means struggling or striving or make an effort. So, there are misunderstood concept about Jihad. The concept of ‘Jihad’ has been misconceptions is not among muslims but among non muslim also. There are political and religious groups who using ‘Jihad’ for their benefit, to justify various forms of violence. And if you hear the news about terrorism, sometimes you feel scary or inflamed your temper. And you’ll asking, why? Why they do that? Why ...