Langsung ke konten utama

Observasi ke Gondangdia

The Girl on the Train adalah buku bergenre thriller yang ditulis oleh Paula Hawkins (review lengkap lihat di sini). Buku itu digadang-gadang bakal melebihi Gone Girl karya Gillian Flynn, dan ternyata bener terjadi! Sekarang TGOTT udah jadi best seller di London. Kemudian pihak Reliance Entertainment bertanggung jawab untuk pembuatan filmnya. Berbahagialah kalian para penggila psychological thriller movies karena film yang tadinya akan dilaunching akhir tahun 2016 dipercepat menjadi pertengahan tahun ini.

Dan berbahagialah gue karena TGOTT berhasil membuat Noura Books bekerjasama dengan Koran Sindo membuat workshop keren bareng Mbak Truly Rudiono dan Mbak Shinta. Mbak Truly adalah blogger dan pegiat buku sementara Mbak Shinta adalah Editor Senior punya Mizan.


Para peserta plus pengisi acara
Workshop kali ini unik. Karena para peserta nggak bertemu langsung di aula kantor Koran Sindo, melainkan di stasiun Jakarta Kota. Dengan dresscode atasan hitam kami berkumpul di sana sekitar jam 12 lewat. Ketemu sama orang-orang yang baru, registrasi, dan briefing sebentar tentang tugas yang harus dikerjakan. Kami diminta mengobservasi satu karakter selama perjalanan naik kereta dari stasiun Jakarta Kota ke Gondangdia (kantor Koran Sindo).

Observasiii? Yes! 

Salah satu modal penting penulis adalah kepekaan. Kepekaan terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka.
Beruntung di workshop TGOTT ini gue dan peserta yang lain dilatih untuk mengasah kepekaan itu.

Kemarin, di kereta, gue bukan hanya melihat tempat duduk empuk panjang yang selalu penuh di jam-jam prime time. Atau kalau lagi sial malah kejepit--saking penuh dan sumpeknya kereta. Lebih dari itu, gue diminta meneliti satu objek untuk diimajinasikan ke dalam satu paragraf. Seperti the girl yang ada di dalam novel TGOTT itu.

Menarik.

Me!
Perhatian gue tertuju pada tukang bersih-bersih KRL berseragam merah, kelihatan rapih dan lumayan keren. Beda banget sama keadaan lima tahun lalu dimana lo bisa lihat anak-anak kumal yang jongkok untuk nyapuin sampah dari gerbong ke gerbong. Setelah berpikir tentang perbedaan itu, akhirnya gue putuskan mengambil si tukang bersih-bersih berpakaian rapih itu sebagai bahan observasi. Dan di masa depan kayaknya gue harus mengucapkan terima kasih karena dia udah bikin gue mendapatkan hadiah dari Koran Sindo dan Noura. Alhamdulillah.


Berbagi sedikit dengan kalian tentang apa yang gue dapet di workshop itu, kalau kalian ingin menulis, mulailah dari :

Tulislah hal yang telah kita ketahui (Content Digesting) - Maksudnya kita harus riset. Seperti di TGOTT, ketika habis mabuk si tokoh utama diberi air putih, bukannya kopi. Kerena menurut penelitian, air itu lebih bisa menghilangkan efek mabuk, sebaliknya kopi justru berbahaya.
Atau ketika kita ambil Amerika sebagai setting tempat cerita, seenggaknya kita tahu kalau di sana nggak ada menara Pisa.

Tahu saat berhenti. Katanya sih, pada saat kita semangat membara untuk menulis, kita harus berhenti. Supaya semangat itu terus tersimpan dan membuat ide kita nggak habis-habis. (kalo ini opsional sih ya. Gue tanpa sadar juga udah mempraktekannya, dan akhirnya malah jadi kebanyakan ide sampe nggak selesai-selesai bukunya. Hahahaha. *oh shut up you Alan.)

Jangan pikirin tulisan kalo lagi nggak di depan laptop. Ini juga opsional, karena pada saat berangkat ke kantor pun gue masih memikirkan nasib tulisan gue yang nggak abis-abis.

Membaca ulang tulisan. Yes, ini penting. Adalah keegoisan penulis untuk bilang naskah mereka sendiri bagus ketika baru selesai menuliskannya. Mungkin karena ketiban rasa puas jadi nggak bisa melihat apa yang kurang dari naskah kita. Bijak kalau penulis mengendapkan dulu naskahnya barang seminggu dua minggu, kemudian dibaca ulang. Jadi kita bisa lebih teliti menilai naskah yang udah kita tulis. Kalau merasa udah pede, baru deh, dikasih ke pembaca untuk 'tes pasar'.

Please, show don't tell. Seperti kalau kita mau menulis keadaan dimana tokoh A dan B saling jatuh cinta. Jangan hanya jabarkan dengan dialog singkat ; i love you, lalu i love you too. Harus ditunjukkan adegan emosionalnya kepada pembaca. Supaya mereka bisa memvisualisasikan kalimat yang kita tulis di dalam kepala mereka.

Contoh : (POV I) Dia duduk di depanku, menatapku dengan kedua matanya yang tajam itu. Tak seperti hari-hari yang lalu, matanya kini tidak menakutkan. Justru aku bisa merasakan sesuatu yang berbeda dari sana. Sesuatu yang menggelitik hatiku, membuatnya berdebar tak karuan. Ketika kusadari maksud dari 'sesuatu' itu, dia membuka mulutnya dan berkata, "I love you..."


Habis turun dari kereta, poto dulu~


to be continued...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANTANGAN TEMEN : PACARAN

Jujur saya memang ingin menulis tentang 'pacaran'. Apalagi setelah beberapa temen saya menantang, semangat saya jadi berkobar-kobar. Tapi, sebelum lanjut baca ke bawah, saya minta, kalian para sobat membuka pikiran selebar-lebarnya. Karena mungkin tulisan ini akan mengandung beberapa kontra. Eh, gimana deh?  Cekidot! Saat temen saya tanya soal pacaran, hal pertama yang saya lakuin adalah browsing . Maaf, bukan berarti saya nggak ngerti soal tema yang akan dibahas. Tapi karena saya mau mencari beberapa pendapat umum soal pacaran. ;D Hasilnya saya menemukan kalimat ini di Wikipedia : Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Pada kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi persyaratan menuju pernikahan telah denga...

Dilema Pemimpin Hadapi Covid Nineteen

Sejak pasien positif virus Corona diumumkan pada dua maret, jumlah korban terus bertambah. Per tannggal hari ini, Senin, 30 April 2020, sudah tercatat 1.414 orang positif mengidap virus tersebut. Jumlah pasien yang sembuh mulai menanjak naik di angka 75. Sementara jumlah korban meninggal masih di angka mengkhawatirkan, yaitu 122.

Misconceptions About Jihad

Culture, Social, Political, and Security In the Name of Allah, the Most Compassionate, the Most Merciful. And for Rasulullah Muhammad SAW, piece be upon him. At the beginning,  I should like to sincerely thank for your coming in this blog. In this changes I want to talk about jihad.  Have you ever heard about that before? I assume you are thinking about something wrong about that. The Arabic word "jihad" is often translated as "holy war”. However in a purely linguistic sense, the word " Jihad/Jahada” in Arabic means struggling or striving or make an effort. So, there are misunderstood concept about Jihad. The concept of ‘Jihad’ has been misconceptions is not among muslims but among non muslim also. There are political and religious groups who using ‘Jihad’ for their benefit, to justify various forms of violence. And if you hear the news about terrorism, sometimes you feel scary or inflamed your temper. And you’ll asking, why? Why they do that? Why ...