Sebetulnya kata yang tepat adalah malas, tapi untuk efek dramatisasi dan sebagai tamparan buat diri sendiri gue pake kata yang lebih kasar. Kenapa? karena pada saat gue bikin tulisan ini, gue lagi benci sama diri sendiri.
Kapan gue berhenti nulis? Saking desperate-nya gue ngeri lihat tanggal postingan terakhir. Well, ini bukan soal betapa lebaynya gue dalam hal tulis-menulis, tapi soal seberapa istiqomahnya gue dalam menggapai angan-angan. Yep. Lagi-lagi soal konsistensi.
Sebetulnya beberapa bulan lalu gue masih semangat buat nulis dan ikutan acara sharing bareng editor. Tapi sejak masuk kuliah bulan September... voila, fokus gue hilang. Gue sama sekali nggak bermaksud nyalahin kuliah sih. Itu juga keharusan soalnya. Cuma gue kesel aja, kenapa nggak bisa memanfaatkan waktu lebih efektif lagi.
24 Jam jadi nggak maksimal karena siklus hidup gue Kerja-Kuliah-Cari hiburan. Sementara gue pengen banyak hal. Diri yang kompleks, ambisius, butuh legitimasi untuk diakui keberadaannya di dunia. Orang yang nggak puas dengan apa yang sudah dicapai, tapi juga cepet kehilangan minat. Jadi nggak pernah melakukan hal besar sampai bener-bener selesai. Yeah, that's me. Si pemilik agenda hidup luar biasa tapi mengeksekusi hidup dengan biasa aja. Day Dreamer, make me sick.
Then... i've a big question to myself, masihkah gue mencintai diri gue sendiri setelah sadar akan kebegoan-kebegoan itu?
Kapan gue berhenti nulis? Saking desperate-nya gue ngeri lihat tanggal postingan terakhir. Well, ini bukan soal betapa lebaynya gue dalam hal tulis-menulis, tapi soal seberapa istiqomahnya gue dalam menggapai angan-angan. Yep. Lagi-lagi soal konsistensi.
Sebetulnya beberapa bulan lalu gue masih semangat buat nulis dan ikutan acara sharing bareng editor. Tapi sejak masuk kuliah bulan September... voila, fokus gue hilang. Gue sama sekali nggak bermaksud nyalahin kuliah sih. Itu juga keharusan soalnya. Cuma gue kesel aja, kenapa nggak bisa memanfaatkan waktu lebih efektif lagi.
24 Jam jadi nggak maksimal karena siklus hidup gue Kerja-Kuliah-Cari hiburan. Sementara gue pengen banyak hal. Diri yang kompleks, ambisius, butuh legitimasi untuk diakui keberadaannya di dunia. Orang yang nggak puas dengan apa yang sudah dicapai, tapi juga cepet kehilangan minat. Jadi nggak pernah melakukan hal besar sampai bener-bener selesai. Yeah, that's me. Si pemilik agenda hidup luar biasa tapi mengeksekusi hidup dengan biasa aja. Day Dreamer, make me sick.
Then... i've a big question to myself, masihkah gue mencintai diri gue sendiri setelah sadar akan kebegoan-kebegoan itu?
Komentar
Posting Komentar
Yok, yang mau komen harap sopan ya~
Kalau tidak sopan pemilik blog berhak untuk menghapus komentar tersebut.
Terima kasih~